Selasa, 08 Mei 2012

Kenapa harus ada iri hati?

"Enak ya jadi dia..."
"Kamu beruntung banget deh..."
"Ko hidupnya sempurna sekali ya?"
"Pengen deh kayak gitu"
"Andai saja... hidupku sepertinya"
"Kenapa hidupku tidak seindah dia?"
Pernah dengar gumaman semacam itu di sekitarmu?
Atau kamu sendiri yang pernah terpikir hal seperti itu?
Mungkin kita sendiri pernah berdecak kagum melihat hidup orang lain yang -dari luar- tampak lebih hebat, lebih indah, lebih sempurna dari kita?
Pernahkah iri?
Pada seseorang... Pada dua orang atau lebih?
Sampai-sampai kita membencinya?
Hingga kita jadi bersikap "jahat" padanya? Karena merasa sebal melihat kehidupannya jauh lebih bahagia?
Atau malah sebaliknya? Diam-diam mengaguminya dan bersikap "lebih hormat" dan "lebih mengistimewakan" orang tersebut?

Aku pernah
Sungguh sangat menyiksa hati dan jiwa
Melihat hidup orang lain tampak amat sempurna, tampak sangat bahagia tanpa cela,
tanpa tangis, tanpa duka, hanya ada tawa..

Apalagi ketika mendapatkan musibah, mendapatkan hal yang kurang meng-enak-kan, lalu sekilas mengingat betapa bahagianya jika aku menjadi si A, si B, si C misalnya...
Sayangnya pikiran seperti itu justru bukan membantu, malah sebaliknya. Menyiksa diri sendiri.

Perasaan dan pikiran "iri" berasal dari jiwa yang kurang bersyukur, yang belum sepenuhnya berterima kasih kepada Tuhan atas apa yang Dia berikan.
Seorang teman pernah mengaku iri pada si X...

"Enak ya jadi si X... Sudah cantik, shalehah, lulus kuliah, bekerja, menikah dengan Dokter baik dan shaleh, sudah punya rumah pula, padahal masih muda"

Hihihi jadi senyumsenyum sendiri, seandainya saja dia tahu apa yang dialami si X, pasti dia akan berpikir 1000 kali mengatakan hal begitu.
Percayalaah... Tidak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk kebahagiaan.

Tidak mungkin seseorang diberikan hidup yang demikian sempurna hingga tak pernah ada duka dan masalah yang melanda. Tidak mungkin.
Yakinlah... Bahwa setiap manusia di dunia memiliki kelemahan, kekurangan dan ketidaksempurnaan.
Karena itulah fungsi "the afterlife" agar manusia -salahsatunya- termotivasi untuk mereguk kebahagiaan yang hakiki: Syurga. Itulah salah satu hikmah kenapa dunia ini tidak pernah sempurna.


Padahal bisa jadi sangkaan kita itu salah besar
Bisa jadi...
Dia yang tampak bahagia itu... tidak lebih bahagia dari kita
Bisa saja menyimpan duka
Dia yang tampak sempurna itu... bisa jadi memiliki cacat yang dia sembunyikan
Bisa saja diuji Allah dengan ujian yang tidak pernah kamu duga...

Seseorang yang diberikan banyak kelebihan oleh Tuhan maka t
anggung jawabnya terhadap diri, masyarakat dan Tuhannya pun jauuuuh lebih banyak, seperti:
  • Bagaimana ia menjaga diri dari sombong
  • Bagaimana ia menggunakan kelebihannya? Apakah ia menggunakan untuk kebaikan, menghasilkan hal-hal bermanfaat bagi banyak orang? Atau sebaliknya
  • Apakah ia bermanfaat dengan kelebihannya itu? Tidak sama sekali atau bahkan menjerumuskannya?
  • dll

Mereka selalu bisa mendapatkan apa yang diinginkannya, mendapatkan apa yang tidak bisa saya miliki. Muncul sebuah pemikiran “senangnya menjadi seperti mereka, keinginan apapun bisa terpenuhi”. Hal ini tentu pernah  dirasakan oleh beberapa orang atau mungkin semua orang? Dan secara langsung pemikiran tersebut melahirkan sifat iri yang bercampur rasa kagum terhadap orang lain yang memiliki apa yang ingin kita miliki. Seperti kata pepatah yang sudah tak asing lagi ditelinga, “rumput tetangga jauh lebih hijau“.
Seakan-akan kita merasa kekurangan, ribuan keluhan setiap detik dan setiap harinya terlontarkan dari mulut, merasa menjadi seseorang yang paling menderita sedunia karena menginginkan kesempurnaan seperti yang mereka punya. Padahal jika dia melirik kebawah masih banyak orang lain yang serba kekurangan dibandingkan kita, dan belum tentu orang yang menurut pandangan kita itu terlihat sempurna, memiliki sesuatu yang telah kita miliki.
Lalu mengapa harus iri?
Jika didalam hati ini yang semulanya bersih bercahaya sudah tercemar dengan rasa iri, berarti rasa syukur kita kepada yang Maha Kuasa mulai memudar. Kita melupakan segala nikmat yang telah diberikan disetiap detiknya. Seperti kedua mata ini, yang masih bisa melihat kebaikan-kebaikan serta keindahan yang ada disekitar kita, dengan (maaf) beberapa orang yang tidak bisa melihat, kita harus mensyukuri setiap nikmat yang diberikan. :)
Melalui tulisan ini saya tidak bermaksud menggurui, melainkan bermaksud untuk menyadarkan diri saya sendiri yang terkadang buta akan segala hal. Bukalah mata hati.. untuk apa memiliki mata yang bisa melihat, sementara hati buta untuk melihat.
Setiap nafas yang dihembuskan adalah kenikmatan yang diberikan oleh-Nya, sudahkah kita mensyukurinya? Dan percayalah bahwa tuhan itu Maha Adil. :)


So, mulai sekarang...
STOP IRI HATI ya
Capek sendiri loh
Karena kita tidak pernah tahu apa yang ada dibalik sangkaan kita, dibalik apa yang terlihat...
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya Nabi SAW bersabda, "Jauhilah oleh semua sifat dengki/iri hati itu, karena sesungguhnya sifat dengki itu bisa menghabiskan amal-amal kebaikan sebagaimana apai menghabiskan kayu bakar " (HR Abu Dawud)
Dari pada iri hati... Lebih baik mensyukuri apa yang Allah berikan pada kita seraya menghisab diri...
Sudahkah saya bersyukur?
Apakah saya berguna bagi orang lain?
Dan ingat pulalah ketika Tuhanmu memberikan pernyataan: "Jika kamu bersyukur pasti Kutambah nikmatKu kepadamu; sebaliknya jika kamu mengingkari nikmat itu, tentu siksaanku lebih dahsyat. (Ibrahim: 7)
keep smile friends
Mari Bersyukur!